Wednesday 23 April 2014

FF Babo!

Title : Babo!
Author : Nahla Rifatul Fatihah
Genre : Romantic
Cast : Bae Suzy (aku)
          Oh Sehun
          Other cast

Sudah satu tahun aku menunggu, tapi tetap saja dia tidak kembali. Apakah semua yang dia katakan bohong? Tapi mana mungkin dia berbohong, dia tidak pernah membohongiku
“aish apa yang kukatakan? Berpikir positif, berpikir positif Baek Suzy!” ucapku memukul kepala. Ku lihat ke arah kalender, disana tertulis “Sehunnie back” tepat diatas tanggal 8 Oktober.
Ya, Sehunnie. Dia satu tahun lebih muda dariku. Aku sudah memberi tahunya jangan memanggilku noona, tapi tetap saja dia selalu panggil aku noona. Ya, terpaksa aku menurutinya. Dia adalah namjachinguku yang lucu, dan kekanak-kanakkan. Tapi itulah yang kusuka darinya. Sifat kekanak-kanakkan itulah yang membuatku menyukainya. Ya, walaupun dia tidak romantis kalau berpacaran. Kami sudah pacaran sekitar 1 ½ tahun. Tapi, kami hanya pacaran ½ tahun saja karena yang 1 tahunnya dia malah pergi ke Inggris. Katanya, untuk satu tahun dia disuruh bersekolah disana. Entah apa alasannya, aku tak tahu. Sebelum dia menyetujui untuk bersekolah disana, dia meminta izin dulu padaku. Meskipun berat rasanya bagiku kehilangannya satu tahun, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku menyetujuinya untuk sekolah disana, lagi pula aku tidak berhak memustuskan dia boleh pergi atau tidak. Setahun tidak bertemu dengannya, rasanya sejuta tahun. Satu hari tidak bertemu dengannya pun, rasanya 1 abad. Dia berjanji, akan pulang ke Korea lagi untuk kembali bersamaku.
“Carelles, carelles. Shoot anonymous, anonymous. Heartless, mindless. No one care about me..?” suara ponselku berbunyi. Aku langsung melihat ponselku, tertulis “Baby Odult” menelfonku. Tanpa basa-basi, aku langsung mengangkat telfonnya.
“Yoboseyo” ucapku
“Annyeonghaseyo, noona” ucapnya
“Annyeong Sehunnie. Wah aku tak menyangka kamu bakalan telfon”
“Bagaimana kabarmu noona?”
“Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”
“Aku juga baik. Oya, besok datang ke bandara jam 9 pagi ya. Aku akan berada disana besok”
“Jinjjayo? Kau benar-benar akan pulang Sehunnie? Ku kira kau tak akan menepati janjimu. Geurae, besok aku akan kesana”
“Ok, tunggu aku ya noona”
“Ne”
“Sudah dulu ya, aku lagi sibuk noona. Annyeong” ucapnya menutup telfon. Belum sempat aku menjawabnya, dia sudah menutupnya. Tapi, gwaenchana. Aku tetap senang, dia  bisa menelfonku. Aku tidak sabar, menunggu hari besok.

SKIP

Jam 08.40, aku sudah siap. Aku tidak mau terlambat dihari yang indah ini. Kulangkahkan kakiku menuju mobil, lalu naik dan pergi ke bandara. Perjalanan dari rumahku memang cukup jauh, tapi itu tidak menjadi halangan bagiku. Setibanya disana, aku memarkirkan mobilku. Kulihat pesawatnya sudah tiba, aku pun berlari menghampiri pesawatnya. Dari  pintu pesawat, Sehun keluar dan turun. Aku melambai-lambaikan tangan padanya, tapi dia tidak melihat ke arah ku. Mungkin karena kacamatanya yang gelap, sehingga dia tidak melihatku. Aku memanggil-manggil namanya, tapi tetap saja dia tidak melihatku. Dia berjalan lurus, dan berhenti di depan seorang yeoja. Yeoja tadi menyapa Sehun, dan berjalan keluar. Aku berlari mengejarnya, tapi sayangnya aku malah terjatuh. Aku bangkit dari jatuhku, aku mencoba mencari-cari Sehun tapi tidak ketemu. Aku rasa dia sudah pergi dengan yeoja tadi. Aku pun putuskan untuk pulang.
Didalam mobil aku sangat kesal. Aku heran mengapa dia tidak melihat dan mendengarku? Apa dia sengaja lakukan itu. Dia kan yang suruh aku pergi ke bandara, tapi kenapa dia malah mengacuhkanku. Aku teringat yeoja yang dihampiri Sehun. Nuguya? Aku tidak mengenal yeoja itu. Mengapa Sehun mengenalnya? Dia tidak pernah cerita padaku tentang yeoja tadi. Apa mungkin? Aish,, apa yang kupikirkan sekarang. Tetaplah berpikir positif. Aku fokus pada jalanan, dan melaju dengan kencang menuju rumahku.

SKIP

“Eonnie” ucap IU menghampriku
“Ne?” tanyaku
“Waeyo? Apakah ada yang salah? Ku dengar Sehun sudah pulang ya, dan hari ini dia bakalan sekolah disini lagi”
“Jinjja? Kenapa aku tak tau hal itu ya?”
“Hari ini kau kenapa un? Kok mukanya lemes gitu? Apa kau sakit” IU memegang dahiku
“Aish, sudahlah. Nan gwaenchanayo” aku menyingkirkan tangan IU dari dahi ku
“Geurae. Oya, apa kau melihat Wooyoung oppa? Aku belum melihatnya pagi ini”
“Ani, aku tidak lihat. Mungkin dia belum kesini” jawabku datar. Kami pun berjalan bersama menuju kelas. Dikoridor, kulihat Sehun sedang ngobrol dengan Wooyoung
“Annyeong oppa...” ucap IU menghampiri Wooyoung
“Nado annyeong chagi” Wooyoung tersenyum kepada IU
“Oppa, ku kira kau belum kesini. Aku mencarimu” ucap IU cemberut
“Mian chagi, aku lupa kasih tau kamu. Oppa janji, gak bakal ngulangin lagi. Senyum dong, kalau cemberut kamu jadi gak yeppeo” Wooyoung mencubit pipi IU
“Aish oppa, appo!” mereka berdua tertawa
“Annyeonghaseyo, Sehun-ah” aku tersenyum kepada Sehun
“Annyeong” ucap Sehun tanpa ekspresi
“Wae? Apakah ada yang salah?” tanyaku heran
“Mungkin”
“Apa yang salah? Apakah aku berbuat sesuatu yang salah?”
“Noona, apakah kau tak menyadarinya?” Sehun bertanya dengan nada tinggi. Aku IU dan Wooyoung pun terkejut
“Ne? Emm.. nan molla” ucapku tunduk. Mengapa Sehun tiba-tiba jadi seperti ini, biasanya dia tak pernah membentakku
“Apakah kemarin kau tak datang eoh?” Sehun menatapku tajam
“Aish,, bukannya aku gak datang. Tapi, kamu saja yang gak liat aku. Aku udah panggil, kamu gak didenger. Aku melambai-lambaikan tangan, gak diliat. Kamu malah jalan lurus aja nyamperin yeoja yang entah siapa” aku membentaknya
“Jinjja? Emm..” Sehun terdiam
“Ne, aku serius. Tapi, siapa yeoja yang bersamamu di bandara kemarin?”
“ah, dia itu neneun chingu noona”
“Mwo? Chingu? Kenapa kau tidak beritau aku kalau dia chingumu? Bukankah kau selalu memberitahuku semua chingumu eoh?” bentakku
“Aish.. sudah-sudah. Lebih baik kita ke kelas saja. Kajja” ucap Wooyoung
“Ne, kajja” ucap IU
“Kalian lanjutkan saja debatnya saat istirahat, ne” ucap Wooyoung. Aku dan Sehun memukul kepalanya
“Uh, dasar” ucapku
“Aigoo,, appo!” ucapnya memegang kepalanya. Aku dan Sehun hanya tertawa melihat ekspresi Wooyoung. Kami pun pergi bersama menuju kelas. Di depan kelas XI, kami berhenti.
“Aku masuk dulu ya oppa, nanti tunggu aku di kantin” ucap IU masuk ke kelas
“Ne, noona aku juga mau ke kelas” ucap Sehun masuk ke kelasnya. Aku dan Wooyoung melanjutkan langkahku menuju kelas XII.
Aku satu kelas dengan Wooyoung, dia teman sebangkuku. Makannya aku bisa deket sama dia. Sementara IU, dia satu kelas dengan Sehun. Kadang aku merasa iri sama kemesraan IU dan Wooyoung. Mereka begitu romantis, jauh berbeda dengan aku dan Sehun. Tapi, gwaenchana. Aku sudah terlanjur mencintainya.

Tet... bel istirahat berbunyi. Sosaengnim mengakhiri pelajaran, dan menyuruh murid-murid istirahat. Aku pun pergi ke kantin bersama Wooyoung. Di kantin kulihat belum ada Sehun atau pun IU, mungkin mereka belum datang. Aku pun duduk menunggu mereka, sementara Wooyoung memesan makanan.
“Hya, eonnie” IU datang menghampiri ku sambil melambaikan tangan. Aku hanya tersenyum melihatnya
“Wooyoung oppa, eodiga?” IU duduk disampingku
“Dia memesan makanan. Sehun mana?” tanyaku melihat ke kiri ddan ke kanan
“Tadi dia pergi bersama Sulli, entah kemana”
“Mwo? Sulli? Kenapa dia pergi bersamanya?”
“Nan molla. Aku sudah ajak dia datang kesini, tapi dia menolak. Ya sudah aku datang kesini sendiri” Wooyoung datang menghampiri kami
“Ada apa?” tanyanya
“Aniyo. Aku ke kelas dulu ya, uang ku ketinggalan” jawabku meninggalkan mereka
“Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Wooyoung kepada IU
“Aniyo oppa”
Aku berjalan menuju kelas. Saat aku mau masuk kelas, kulihat di koridor ada Sehun. Dia bersama Sulli, gandengan lagi. Niatku ke kelas tiba-tiba hilang saat melihat mereka. aku pun menghampirinya.
“Hya Sehun-ah” ucapku menatap tajam Sehun
“Ada apa noona? Mengapa kau melihatku dengan tatapan tajammu?”
“Annyeonghaseyo, noona” ucap Sulli tersenyum kepadaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman evil.
“Lepaskan tanganmu darinya” ucapku menatap Sulli
“Ne? Mm.. geurae” Sulli melepaskan tangannya dari Sehun dan beranjak pergi
“Hya noona, kau ini apa-apaan sih?” Sehun membentakku
“Sehun-ah, sadarlah. Aku ini pacarmu. Aku mana mungkin melihatmu bergandengan dengan wanita lain, meskipun itu temanmu” aku balas membentaknya. Sehun hanya terdiam melihatku
“Kenapa kau jadi seperti ini? Apakah gara-gara kau sekolah diluar, sifatmu jadi berubah jadi seperti ini. Kau mengacuhkanku, sepertinya kau tak menganggap lagi kita pacaran”
“Bukan gitu noona, tap” ucapannya terpotong olehku
“Tapi apa? Sekarang kau sudah benar-benar berubah” ucapku menitikkan air mata
“Noona, kau menangis?” dia mendekatkan wajahnya padaku
“Jauhkan wajahmu, aku tidak ingin melihatmu” aku pergi meninggalkan Sehun, tapi langkahku terhenti saat Sehun memegang tanganku. Aku membalikan tubuhku menghadapnya.
“Mianhaeyo..” ucapnya memelukku. Aku tak habis pikir Sehun akan memelukku. Ini pertama kalinya dia memelukku selama kami pacaran.
“Mianhae, noona. Mianhae. Aku tau, sifatku jadi berubah. Aku minta maaaf noona” dia memelukku erat
“Berjanjilah padaku untuk tidak mengulanginya lagi” aku melepaskan pelukannya
“Ne, aku berjanji”
“Gomawo Sehunnie” ucapku memeluknya
“Ne, noona” ia pun balas memelukku.

SKIP

Jam pulang pun tiba, aku meninggalkan kelas dan pergi ke mobil. Biasanya, dulu Sehun selalu mengantarkanku pulang. Tapi hari ini tidak. Kalau aku diantarkan pulang olehnya, nanti mobilku gimana. Mana mungkin aku membiarkan mobilku tetap berada di sekolah, nanti dicuri orang lagi. aku menyalakan mobilku, lalu pergi ke rumah. Sebenarnya aku ingin sekali bisa di antarkan pulang lagi olehnya. Aku rindu masa-masa itu.

Flashback
Bel pulang berbunyi, aku mengambil tas ku dan keluar kelas. Kulihat di teras kelasku sudah ada Sehun. Aku tersenyum, dan menghampirinya.
“Kajja, noona” dia menggandeng tanganku
“Ne” kami pun berjalan menuju parkiran. Sehun berjalan menuju mobilnya.
“Ayo masuk noona” ucapnya. Aku menghampirinya, dan masuk ke mobil. Biasanya seorang namjachingu selalu membukakan pintu untuk kekasihnya. Dasar Sehunnie, dia masih kekanak-kanakkan jadi tidak bisa bersikap romantis. Padahal aku ingin sekali mendapatkan perlakuan romantis darinya. Sehun masuk ke mobil, dan melajukan mobil. Sehun tidak membawaku pulang ke rumah, dia selalu mengajakku jalan-jalan. Tempat yang paling sering kita kunjungi, adalah taman kota. Sehun memarkirkan mobil di. Kami pun turun dari mobil.
“Udaranya sejuk sekali” ucapku
“Kajja, palli noona” tiba-tiba Sehun menarik tanganku dan berlari
“Eo-eodiga?” kami berhenti di depan sebuah toko.
“Bubble tea rasa coklat 2” ucap Sehun kepada penjaga tokonya. Ya, itulah yang sering dilakukannya. Dia selalu membeli bubble tea ‘Everyday’ tanpa kecuali. Kalau tidak membelinya sehari saja, dia merengek minta antar kepadaku. Mau tidak mau, aku harus menurutinya. Panjaga toko pun memberikan 2 bubble tea kepada Sehun. Sehun mengambil bubble teanya, lalu dia melihat ke arah ku.
“Aish,, geurae geurae” aku mengambil uangku, dan memberikan pada penjaga tokonya. Kalau tidak punya atau lupa bawa uang, ia selalu menyuruhku membayarkannya. Dia bilang akan ganti besok, tapi besoknya dia melupakannya. Asih.. Sehunnie, terkadang aku jengkel dengan sifatnya itu. Kami berjalan menuju kursi, lalu duduk. Sehun melihat ke arah ku.
“Apakah kau mau noona?” tanyanya. Aigoo, jelas-jelas bubble tea tersebut milikku. Aku yang membayarnya. Tapi mengapa dia malah menawarkannya padaku. Namja babo. Aku mengambil satu bubble tea dari tangannya, lalu aku langsung meminumnya.
“Aish,, noona. Aku kan belum berkata ‘iya’” Sehun cemberut
“Barusan kau bilang ‘iya’” jawabku datar
“Jinjja? Em, baiklah” dia memalingkan pandangannya, dan meminum bubble teanya.
“Babo!” ucapku menjitak kepalanya
“Mwo? Babo? Nuguya?” dia menoleh ke samping.
“Itu!” aku menunjuk ke arah kucing yang sedang di kejar anjing.
“Mana, mana?” tanya Sehun kebingungan
“Aish, sudahlah  tak perlu dilihat. Mereka sudah pergi” ucapku. Kenapa dia malah bertanya “nuguya?” padahal yang aku maksud dia sendiri. Aigoo,, namjachinguku benar-benar sangat polos sekali.
Tak sengaja aku melihat dahi Sehun, warnanya kebiru-biruan.
“Dahimu kenapa Sehun-ah?” tanyaku
“ah ini. Saat kemarin aku mau pulang kerumah, tak sengaja ada tiang didepanku. Aku tidak melihat tiang itu, hingga akhirnya aku terbentur. Bukannya minta maaf, dia malah diam saja” jawabnya
“Aigoo.. baboya” ucapku tertawa
“Nugu? Siapa yang babo?” tanyanya.
“Aish...” aku memutar bola mataku
Flashback End

Meningat hal itu, aku jadi ingin pergi ke taman. Aku urungkan niatkku pulang ke rumah, untuk ke taman kote. Setibanya disana, aku memarkirkan mobilku.
“Segarnya” ucapku menghirup udara. Kulangkahkan menuju toko bubble tea, lalu memesan satu bubble tea rasa coklat. Aku memberikan uangku, lalu mengambil bubble teanya. Aku mencari kursi yang kosong, ternyata pada penuh.  Saat kulihat kursi yang biasa aku dan Sehun dudukki, disana ada Sehun dan seorang yeoja.
“Aku rasa aku pernah melihat yeoja itu, tapi dimana ya?” gumamku. Ne, benar. Aku pernah melihat yeoja itu. Dia adalah yeoja yang bersama Sehun dibandara. Aku pun menghampiri mereka.
“Annyeonghaseyo” ucapku tersenyum kepada mereka
“Noona?” ucap Sehun
“Annyeong” yeoja itu tersenyum sinis kepadaku
“Mwohago isseo?” tanyaku
“Kami sedang jalan-jalan berdua. Kami ingin menghabiskan waktu pacaran disini” ucap yeoja yang bersama Sehun
“Mwo?” ucapku tak percaya
“Wae?” tanyanya
“em.. noona biar aku jelaskan” Sehun bangkit dari duduknya
“Tidak usah!” aku melangkahkan kakiku pergi, tapi tangan Sehun memegang tanganku hingga aku berhenti.
“Noona, dengarkan aku dulu” ucapnya
“Mwo? Apa yang harus aku dengar” ucapku melihat kearahnya
“Aku minta maaf soal ini, tapi aku tak bisa menolak”
“Mwo?” ucapku tak mengerti
“Saat aku sekolah di Inggris, eomma dan appa bilang dia akan menjodohkanku dengan Chorong. Aku menolaknya, tapi eomma tetap saja memaksaku. Dia bilang aku gak boleh sekolah lagi, bila aku tak menurutinya. Aku tak punya pilihan. Aku pun menuruti ucapan eomma” perkataan Sehun benar-benar membuatku shock. Tanpa sadar aku menumpahkan bubble teaku.
“Mianhae, mianhaeyo noona. Aku tak bisa bersamamu lagi. mianhaaeyo”  ucap Sehun tunduk. 
Mwo? Mwoya? Apa yang kudengar barusan itu salah kan. Aku pasti salah dengarkan. Aku tak kuat menahan kepahitan yang kurasakan, hingga aku menangis dihadapan Sehun.
“Sekali lagi, mianhaeyo”
“Gwaenchana, arraseo” ucapku 
“Noona?” ucapnya
“Arraseo. Lebih baik kau bersamanya, aku tidak mau menyulitkanmu”
“Keundae, noona “ ucapan Sehun terpotong olehku
“Nan gwaenchana. Geurae, aku lebih baik pulang. Kalian lanjutkan saja pacarannya. Longlast!” aku berjalan pergi meninggalkan mereka. aku masuk ke dalam mobil, dan pergi pulang. Di dalam mobil aku terus menangis, aku tak menyangka Sehun akan melakukan hal itu. Semua yang tadi kukatakan adalah bohong, aku tidak rela dia pergi dariku.
Tiba di depan rumah, aku menghapus air mataku. Aku tak mau eomma melihatku menangis. Aku pun turun dari mobil.
“Aku pulang” ucapku masuk ke dalam
“Kau suddah pulang Suzy-ah” jawab eomma
“Ne” aku pergi ke atas tanpa melihat ke arah eomma.
“Hya, waeyo?” ucap eomma melihatku
“Gwaenchanayo” aku terus melangkahkan kakiku ke atas tanpa melihat sedikitpun ke arah eomma. Mianhaeyo eomma, hari ini aku benar-benar sangat sedih. Tiba didepan pintu kamarku, aku berhenti. Aku terdiam sejanak. Aku membuka pintu kamarku, lalu berbaring di kasur. Aku benar-benar tidak percaya, mengapa hal ini terjadi. Aku sungguh tidak ingin kehilangan dia. Aku tak bisa menahan air mata, sampai akhirnya menangis.
“Suzy-ah, kesini” eomma berteriak agar kedengaran ke kamarku
“Ne” ucapku. Aku menghapus air mataku. Aku menyimpan tas, dan mengganti bajuku. Kulihat di luar hujan. Aku langsung turun ke bawah.
“Ne, eomma. Ada apa?” ucapku
“Itu lho, bunga-bunga diluar belum eomma siram. Eomma lupa. Lebih baik sekarang kamu siram” suruh eomma kepadaku
“Tapi, diluar hujan eomma” jawabku
“Aish,, kau ini alasan saja. Pakai payung kan bisa” eomma pergi mengambil payung untukku
“Ini, pake payung biar gak kehujanan” ucap eomma
“Eomma!” ucapku
“Sana siram”  aku meninggalkan eomma, kubuka pintu depan dan pergi keteras.
“Aish.. eomma ini. Meskipun pake payung juga, aku gak perlu siram. Ini kan hujan. Aigo, baboya” ucapku kesal.
“Aish, dingin sekali” aku melangkan kakiku masuk kedalam rumah.
“Sudah selesai? Cepat sekali” tanya eomma heran
“Ne, aku sudah selesai eomma. Bahkan tanah pun sudah aku siram juga” jawabku kesal
“Geurae, sekarang kau siram juga bunga yang di belakang”
“Semuanya sudah ku siram eomma. Sudahlah, aku mau ke atas. Eomma ini tak mengerti kalau aku lagi sedih ya? Eomma malah membuatku kesal!” bentakku kepada eomma dengan air mata menetes.
“Ne?” tanya eomma. Aku tak menjawab eomma, aku langsung berlari ke kamarku. Aku menjatuhkan tubuhku dikasur, aku tak habis pikir eomma sebodoh itu.
“Eomma ini kenapa? Kenapa membuatku jadi tambah sedih” ucapku menangis. Rasa kesalku pada eomma, malah menambah rasa sedihku. Aku menangis dan terus menangis, sampai akhirnya aku tertidur.

SKIP

Kulangkahkan kakiku menuju sekolah, aku tak menggunakan mobil hari ini. Aku malas mengendarainya. Tiba di depan gerbang aku masuk ke dalam.
“Noona” tiba-tiba aku mendengar suara Sehun. Aku menoleh ke belakang, ternyata benar. Hari ini aku tidak ingin melihatnya, aku pun berlari menjauh darinya. Aku berlari secepaat mungkin, aku tak ingin Sehun mengikutiku. Sampai didepan kelas, aku menghentikan lariku. Aku melangkah masuk kedalam, dan duduk di kursi.
“Suzy-ah” Wooyoung menghampiriku
“Wae? Matamu kok merah gitu, terus tampak bengkak lagi” tanya Wooyoung. Mungkin karena kemarin aku terus menangis, sehingga mataku jadi bengkak.
“Gwaenchana” ucapku
“Ku dengar Sehun putus denganmu, dan akan bertunangan ya?”
“Mwo? Kau tau juga tentang hal itu? Mengapa kau tak memberi tahuku kalau kau tau!” ucapku membentaknya
“Aku pikir kau sudah tau” dia menggaruk kepalanya
“Aish.. bisakah kau tinggalkan aku sendiri” ucapku
“Geurae” Wooyoung pergi meninggalkanku
“Hariku sudah tamat, aku sudah tidak memiliki kebahagiaan lagi” 
Aku keluar untuk menghirup udara segar. Tapi sayangnya, aku melihat Sehun. Aku pun pergi ke kelas.
Bel masuk berbunyi. Sosaengnim datang ke kelas. Di kelas aku tak berbicara sedikitpun kepada Wooyoung. Biasanya aku selalu mengobrol dengannya saat pelajaran dimulai. Jam istirahat, aku tak kemana-mana aku hanya duduk di kelas. Sampai akhirnya jam pulang, barulah aku bangkit dari dudukku untuk pulang. Hari ini aku mengacuhkan teman-temanku. Mianhaeyo, aku tak tau harus berbuat apa.

SKIP

Kulihat ke arah jam, pukul 18.30. Hari ini hari terburuk yang pernah kualami, dihari spesial. Tiba-tiba suara ponselku berbunyi. Ada satu pesan dari Sehun. Aku malas membukanya, tapi kenapa hatiku berkata untuk membuka pesannya. Aku pun membuka pesannya.
“Annyeong noona. Maaf aku mengganggumu. Bisakah kau datang ke taman kota yang biasa kita kunjungi? Aku akan pergi ke Inggris lagi. Anggap saja ini pertemuan terakhir kita. Maaf atas semua yang ku lakukan padamu”
Aigoo, mengapa dia menyuruhku datang? Aku sama sekali tidak ingin bertemu dengannya. Sehun benarbenar bodoh, mana mungkin aku mau datang setelah dia melakukan semua ini kepadaku. Tapi kalau aku tidak datang, aku takut kecewa nantinya. Aku pun mengganti pakaianku, lalu turun kebawah. Kulihat tak ada siapa-siapa.
“Eomma kemana ya?” gumamku. Karena tak tahu eomma dimana, aku pun pergi tanpa berpamitan. Aku masuk ke mobil dan menjalankannya pergi ke taman, meski rasanya sangat sakit sekali mengingat apa yang telah dia lakukan padaku.
Tepat di depan taman, aku keluar dari mobil. Saat ku lihat, tamannya ramai sekali, penuh dengan cahaya lampu.
“Apakah ini pesta kepergiannya Sehun?” ucapku. Aku melangkahkan masuk menuju taman. Kulihat ada banyak orang disana, aku pun menghampiri mereka. Tiba-tiba lampu menyala ke arahku, lalu ada spanduk bertuliskan “Saengil Chukka Hamnida noona, Saranghaeyo”. Aku kaget melihat spanduk itu, semua orang yang ada di taman, langsung melihat ke arahku. Tiba-tiba Sehun datang menghampiriku.
“Saengil Chukka hamnida noona” Sehun memelukku.
“Mwo? Bukankah ini pesta kepergianmu?” tanyaku
“Ani, ini adalah pesta Ulang Tahunmu noona” Sehun melepas pelukannya
“Mwo?” tanyaku tak percaya.
“Mian atas, semua yang kulakukan padamu kemarin. Semua itu hanyalah pura-pura. Di hari ulang tahunmu, aku ingin memberikan suatu kejutan padamu noona. Ya walaupun ini kenak-kanakkan, tapi hanya ini yang bisa kulakukan. Tentang aku pergi dan perjodohanku, itu hanyalah tipuan”
“Mwo? Jadi selama ini kau? Aish” aku memukul tangan Sehun
“Aish.. appo!” ucapnya. 
Aku tak menyangka Sehun akan membuat pesta ulang tahun yang begitu indah seperti ini. Aku benar-benar tidak percaya, aku pikir ini hanyalah mimpi. Pantas saja, disekolah tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku, ternyata semuanya ada disini. Bahkan eomma pun ikut disini juga. Semua teman dan keluargaku ada disini malam ini.
Tiba-tiba Sehun berlutut diarahku, dia membawa kotak merah.
“Maukah noona menjadi tunanganku” Sehun membuka kotaknya, yang terdapat cincin didalamnya
“Sehun-ah” ucapku tak percaya. Aku melihat ke arah eomma, eomma menganggukan kepalanya. Kulihat ke arah IU dan Wooyoung, merekapun melakukan hal yang dilakukan eomma.
“Geurae” aku mengambil cincinnya. Semua orang pun bertepuk tangan
“Jinjja? Gomawo noona” ucap Sehun berdiri dan langsung memelukku. Aku membalas pelukannya.
“Sekarang kau resmi menjadi tunanganku noona” ucap Sehun
“Bersenang-senanglah malam ini” ucap Sehun kepada semua orang yang datanag. Mereka pun berpesta dengan meriahnya. Tiba-tiba IU, Wooyoung, Sulli, dan Chorong menghampiriku.
“Mian, kemarin aku hanya akting” ucap Sulli.
“Kami sudah merencanakan ini sejak awal” ucap IU dan Wooyoung.
“Mian atas perlakuanku waktu itu, aku sengaja bersifat sinis padamu agar kau tak curiga. Sebenarnya aku adalah sepupu Sehun” ucap Chorong tersenyum padaku.
“Nan gwaenchana” jawabku
“Ayo kita berpesta" ucap IU. Mereka pun pergi ke arah kerumunan orang.
“Noona, bersenang-senanglah malam ini bersamaku” ucap Sehun kepadaku
“Ne?”
“Kajja” dia menarik tanganku ke arah meja yang ada kue. Disana tertulis Noona saranghaeyo dengan lilin diatasnya. Sehun pun memotong kue, dan memberikannya padaku.
"Makanlah noona"
"Ne, gomawo" Aku pun memakan kuenya.
"Noona jangan belepotan dong, sini aku besihkan" 
Tiba-tiba saja Sehun menciumku. Orang-orang pun berteriak melihat kami. Ini pertama kalinya dia menciumku. Aku pikir dia tidak akan berani. Beberapa menit kemudian, Sehun pun melepasnya.
"Aigoo.. lihatlah pipimu noona, merah seperti tomat!" ucap Sehun tertawa. Orang-orang pun tertawa melihatku
"Aish.. baboya!!" ucapku berteriak kepada Sehun. Meskipun malu, tapi aku menyukainya.
Ini adalah hari yang terbaik yang pernah kualami. Aku tidak akan pernah melupakan hari ini. Aku tak menyangka Sehun bisa bersikap seromantis ini, ya walaupun masih kekanak-kanakka. Kami pun berpesta bersama dengan gembira.
The End

1 comment:

amandza said...

Cihh Nahla. Pake Suzy segala...
Koq Sehun? Kenapa ngak V aja?
Maap kebanyakan ngomong.

Ehehehe.. baru kemaren baca ff castnya sama..